Soal UN dan USBN 2019 Tak Berubah
JAKARTA - Tahun depan soal ujian sekolah berstandar nasional (USBN) dan ujian nasional (UN) tidak ada perubahan signifikan. Guru-guru pun diminta segera bersiap menghadapi ujian dengan mempelajari kisi-kisi yang telah dirilis. Kebijakan USBN dan UN tahun 2019 secara umum tidak jauh berbeda dengan kebijakan USBN dan UN tahun 2018. Hanya ada sedikit perbedaan pada jumlah peserta dan jadwal ujiannya saja.
“Bentuk soal USBN meliputi soal pilihan ganda 90% dan soal esai 10%. Masih ada soal dari pusat 20- 25% untuk USBN, sedangkan untuk soal UN 100% disiapkan oleh pusat,” kata Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang Suryadi di JakartA
Dia menjelaskan, BSNP telah merilis kisi-kisi soal USBN dan UN yang bisa dilihat di laman https://s.id/ Kisi-kisi- USBN-2019 dan https:/ /s.id/ Kisi-kisi-UN-2019. Manfaat adanya kisi-kisi ini adalah para guru di masing-masing satuan pendidikan bisa melakukan perencanaan ketuntasan pembelajaran untuk persiapan ujian.
“Fungsi kisi-kisi tersebut sebagai acuan pengembangan dan perakitan naskah soal ujian, baik soal USBN maupun soal UN. Kisi-kisi di susun berdasarkan kriteria pencapaian standar kompetensi lulusan, standar isi, dan kurikulum yang berlaku,” ujarnya.
Bambang melanjutkan, terkait dengan pelaksanaan USBN dan UN, BSNP akan segera merilis prosedur operasional standar (POS) USBN dan UN dalam waktu dekat ini. Prosedur ini tentunya dengan mempertimbangkan masukan dari direktorat terkait.
Dia menyampaikan, POS tersebut merupakan ketentuan yang mengatur penyelenggaraan dan teknis pelaksanaan USBN dan UN. Secara teknis, pelaksanaan UN dan USBN tidak berbeda dari tahun lalu.
Namun, terkait waktu pelaksanaan USBN karena ada jadwal UN yang dimajukan, maka pelaksanaannya akan berjalan setelah agenda UN. Kebijakan ini untuk memastikan bahwa kurikulum sudah tuntas diajarkan. “UN itu akan dilaksanakan sampai pekan ketiga Mei. Maka agenda USBN akan dilakukan setelah itu,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menjelaskan, kementeriannya saat ini sedang mempercepat dan memperluas pelatihan guru matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA) dan bahasa untuk mendalami strategi pembelajaran kemampuan berpenalaran tinggi atau higher order thinking skills (HOTS).
“Salah satu faktor rendahnya kemampuan matematika juga IPA dan bahasa adalah standar yang diberlakukan selama ini yang masih memakai kemampuan berpenalaran dasar atau lower order thinking skills (LOTS). Makanya, tahun ini mulai kita perkenalan soal HOTS di dalam UN,” katanya. Sebelumnya Mendikbud juga mengimbau para guru untuk terus mengembangkan belajar mengajar di sekolah dengan model HOTS.
Dia memastikan, pengembangan model tersebut dapat menghasilkan anak-anak berkemampuan berpikir kritis, keterampilan berkomunikasi yang baik, berkolaborasi, berpikir kreatif, dan percaya diri.
“Dalam menyiapkan peserta didik yang siap bersaing menghadapi era milenium dan Revolusi Industri 4.0, guru harus mampu mengarahkan peserta didik untuk mampu berpikir kritis, analitis, dan mampu memberikan kesimpulan atau penyelesaian masalah,” katanya saat membuka kegiatan pembekalan guru inti program peningkatan kompetensi pembelajaran berorientasi pada HOTS di Yogyakarta kemarin.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini mengatakan, belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut mencakup cara berpikir, bersikap, dan bertindak. Menurut dia, manusia dalam berbuat sesuatu yang pertama dilakukan adalah berpikir dulu. Bersikap dipengaruhi cara berpikir. Perilaku atau tindakan merupakan langkah konkret berdasarkan sikap. Demikianlah hakikat belajar.
Komentar