Jadi Mahasiswa Kupu-Kupu Itu Pilihan
merupakan seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa, sebagai objek atau pelaku dalam perubahan tersebut. Sikap kritis yang positif harus dimiliki dan sering dapat membuat sebuah perubahan besar. Perubahan yang dimaksud yakni perubahan kearah yang positif serta tidak menghilangkan jati dirinya sebagai mahasiswa dan juga Bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan itu semua setiap mahasiswa pastinya mempunyai cara yang berbeda-beda sesuai minat dan kemampuan masing-masing mahasiswa.
Nah langsung saja ya, yang diatas hanya untuk pengantar saja, hehe. Sesuai judul yang saya buat disini saya akan membahas tentang mahasiswa kupu-kupu. Sebelumnya, sudah tahu tidak apa itu mahasiswa kupu-kupu? Apakah kamu adalah seorang mahasiswa seorang mahasiswa kupu – kupu? Mahasiswa kupu–kupu adalah sebuah istilah untuk mahasiswa yang kuliah pulang - kuliah pulang. Dalam arti mahasiswa ini hanya datang ke kampus untuk kuliah saja, setelah itu langsung pulang ke rumah atau kos. Begitulah seterusnya.
Dalam konteksnya, hal ini memang tidak salah, karena ini merupakan prinsip kepada setiap mahasiswa. Jika memang mahasiswa hanya ingin kuliah, selanjutnya langsung pulang ke rumah atau kos.
Menjadi mahasiswa berjenis kupu-kupu, kura-kura (kuliah-rapat), kunang-kunang (kuliah-nongkrong) adalah sebuah pilihan yang memiliki konsekuensi. Tentu, konsekuensinya bermacam macam sesuai dengan jenis mahasiswa tersebut.
Menurut saya, kita sebagai mahasiswa harus cerdas dalam memilih tindakan mau ikut organisasi atau tidak dengan mempertimbangkan segala konsekuensinya, baik itu positif maupun negatif (jika ada). Begitu pula kita memilih menjadi mahasiswa kupu-kupu atau tidak. Konsekuensinya bermacam macam, misal ia tidak kenal dengan lingkungan kampusnya atau kurang solid antar angkatan karena dinilai kurang berkontribusi. Jika tidak ikut organisasi hanya punya teman sedikit, sering ketinggalan informasi, dan lain sebagainya. Padahal, pada hakikatnya bisa saja ia berkontribusi tanpa sepengetahuan temannya.
Karena pada sejatinya seseorang itu memiliki prinsip masing-masing dalam menjalani hidupnya, begitu pula mahasiswa dalam menjalani proses perkuliahan
Jika mahasiswa kupu-kupu tersebut membuat hal yang lebih bermanfaat, maka ia lebih baik daripada mahasiswa yang menghakimi itu. Sebagaimana sebaik baiknya manusia adalah bermanfaat bagi yang lain. Jika itu lebih baik daripada mengikuti organisasi yang hanya menjadi beban bagi anggota lainnya, mengapa tidak? Sekarang, adakah anggota organisasi yang malah merepotkan anggota lainnya? Jangan ditanya, banyak, rasakan sendiri bagaimana bebannya.
Komentar