Hari KOSTRAD
Peringatan Hari KOSTRAD (Komando Strategis Angkatan Darat) 2019 – Setelah diproklamirkannya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, satu demi satu gangguan dan ancaman baik dari dalam maupun luar negeri yang mencoba untuk menggoyahkan ideologi Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 datang silih berganti.
Salah satu ancaman yang muncul ketika masa itu antara lain adalah Penghianatan Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh Muso di Kota Madiun pada tahun 1948; Pemberontakan DI/TII oleh Karto Suwiryo di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1948; Pemberontakan oleh Andi Azis di Provinsi Makassar pada tahun 1950; Pemberontakan APRA Westerling pada tahun 1950; Pemberontakan oleh Ibnu Hajar di wilayah Kalimantan pada tahun 1950; Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku pada tahun 1950 serta Pemberontakan PRRI/Permesta di Provinsi Sumatera Barat dan Sulawesi pada tahun 1958.
Namun berbagai gangguan dan ancaman tersebut dapat diatasi oleh Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) bersama dengan rakyat. Namun dengan mengamati proses perjuangan Bangsa Indonesia, dalam usia yang terbilang masih sangat belia, maka kemungkinan besar ancaman dan gangguan seperti halnya diatas bisa saja datang kapan saja.
Selanjutnya, berdasarkan Struktur Organisasi Ketetapan Nomor 5 tanggal 5 Agustus tahun 1958 di seluruh penjuru negeri telah dibentuk Komando teritorial seperti Kodam, Korem, Brigade dan Batalyon namun hal ini dirasa masih bersifat terbatas karena mengandung unsur pasukan teritorial.
Sehingga pada akhir tahun 1960 pimpinan TNI Angkatan Darat mengganggap perlunya untuk membuat satuan militer yang berkemampuan khusus dengan mobilitas tinggi serta berkeahlian lintas udara yang siap tempur serta menjalankan tugas di seluruh tanah air.
Maka dibentuklah satuan Cadangan Umum Angkatan Darat (CADUAD), dimana ide serta gagasan ini diberikan oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal A.H. Nasution pada tanggal 1960 dan sebagai bentuk realisasi dari ide ini, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan Kasad Nomor KPTS-1067/XII/1960 tanggal 27 Desember 1960.
Gagasan atau ide tersebut memiliki latar belakang yang disangat mendesak, tentu saja karena keterkaitannya dengan permasalahan Irian Barat yang ketika itu sedang menghadapi permasalahan sengketa dengan pihak Belanda.
Selanjutnya untuk merealisasikan SKEP Kepala Staf Angkatan Darat tersebut, dibentuklah kelompok kerja yang dipimpin oleh Deputi I Kasad yaitu Brigjen TNI Soeharto yang beranggotakan yakni antara lain : Kolonel Inf Ahmad Wiranata Kusuma; Letkol Inf Slamet Sudibyo; Letkol Inf Muwardi; Letkol Inf Amir Mahmud; Letkol Inf Soegoro; Mayor Inf Joko Basuki dan Kapten Inf Suryo Jatmiko.
Hingga pada tanggal 6 Maret 1961 diresmikanlah Cadangan Umum Angkatan Darat (CADUAD) yang mana tanggal tersebut pada akhirnya ditetapkan sebagai hari lahirnya Kostrad serta Mayjen TNI Soeharto ditetapkan sebagai Panglima KORRA I CADUAD, dimana Kepala Staf dipercayakan kepada Brigjen TNI Ahmad Winata Kusuma.
Untuk melengkapi personel KORRA I CADUAD, banyak prajurit yang ditarik dari Kodam serta dari Pusdik masing-masing kecabangan. Sehingga pada akhirnya KORRA I CADUAD memiliki kekuatan satu divisi infanteri dengan memiliki pasukan utama sejumlah satu Brigade PARA, Satuan Bantuan Tempur (Banpur) dan Satuan Bantuan Administrasi (Banmin).
Bertepatan dengan pelantikan para taruna Akademi Militer di Yogyakarta yaitu pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Sukarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora) yang berisi :
Gagalkan Pembentukan Negara Papua di Irian Barat.
Kibarkan Bendera Merah Putih di Irian Barat.
Bersiap-siap untuk mengadakan mobilisasi umum.
Dalam usia yang terbilang masih sangat muda, sejak berdiri pada 6 Maret 1961, KORRA I CADUAD diberikan kepercayaan untuk melaksanakan misi operasi Trikora Pembebasan Irian Barat dari kendali Belanda.
Kibarkan Bendera Merah Putih di Irian Barat.
Bersiap-siap untuk mengadakan mobilisasi umum.
Dalam usia yang terbilang masih sangat muda, sejak berdiri pada 6 Maret 1961, KORRA I CADUAD diberikan kepercayaan untuk melaksanakan misi operasi Trikora Pembebasan Irian Barat dari kendali Belanda.
Untuk menindaklanjuti tugas tersebut, sehingga pada tahun 1962 dibentuk Komando Mandala di wilayah Timur Indonesia berbarkas di Makassar dengan Brigjen TNI Soeharto sebagai Panglima Mandala dengan tugas tambahan sebagai Deputi I Kasad wilayah timur.
Operasi yang melibatkan prajurit-prajurit dari TNI AD, TNI AL, TNI AU, sukarelawan dan rakyat ini diberi nama sandi Operasi Jayawijaya.
Sesuai perintah Presiden Sukarno, misi operasi Jayawijaya bermaksud membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda dengan melaksanakan perang terbuka jika perundingan perdamaian dengan Belanda mengalami kebutuan.
Dalam rangka persiapan perang, pada tanggal 19 Desember 1961 dilaksanakan infiltrasi atau masuk ke daerah musuh di wilayah Fak-fak, Wagiu, Misoi, Sorong, Serui dan Kaimani.
Dalam rangka persiapan perang, pada tanggal 19 Desember 1961 dilaksanakan infiltrasi atau masuk ke daerah musuh di wilayah Fak-fak, Wagiu, Misoi, Sorong, Serui dan Kaimani.
Sehingga pada pertengahan Agustus 1962 dilakukan serbuan umum melawan penjajahan Belanda dengan sasaran antara lain yaitu wilayah Biak dan Jayapura
KORRA I/CADUAD pada serangan umum tersebut memberangkatkan satu divisi pasukan, hal ini membuat Belanda pun gentar dan menyerah tanpa syarat. Irian Barat diserahkan dengan ditandai oleh berkibarnya sang bendera merah putih tepat pada tanggal 1 Maret 1963.
Setelah Irian Barat yang berhasil masuk wilayah NKRI, operasi selanjutnya yaitu Operasi Wisnu Murti yang merupakan lanjutan dari gerakan konsolidasi yang bersifat pembinaan teritorial (Binter) dan Operasi Lintas Udara (Linud) yang bersifat tempur.
Berdasarkan pengalaman dari Komando Mandala, akhirnya Mayjen TNI Soeharto membuat staf yang intinya perlu dibentuk pasukan cadangan strategis. Hingga akhirnya gagasan ini disetujui, maka berdasarkan Skep Kasad No:KPTS 178/II/1963 pada tanggal 19 Februari tahun 1963 diputuskan bahwa KORRA I CADUAD resmi berubah nama menjadi Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Dengan tugas pokok yaitu melaksanakan operasi militer baik pada wilayah secara berdiri sendiri maupun menjadi bagian dalam suatu operasi gabungan dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
sumber artikel dari laman militer.id
sumber artikel dari laman militer.id
Cerita Pasukan Kostrad Siang dan Malam Padamkan Api Karhutla di Bengkalis
berdasarkan kutifan dari laman kompas bahwa Pasukan Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad) memang tak sia-sia dikirim Mabes TNI untuk membantu pemadaman api karhutla di Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau. Pasukan ini tiba di Rupat, Minggu (24/2/2019) sore menjelang malam, sehari sebelumnya Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto datang meninjau lokasi karhutla ke Bengkalis.
Keesokan harinya, mereka mulai melaksanakan operasi pemadaman api kebakaran lahan gambut di wilayah yang berbatasan dengan Malaysia itu.
Mereka dibagi dalam beberapa tim, yang bergabung dalam Tim Satgas Karhutla Riau, yakni TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD dan masyarakat. Salah satu tim yang berjumlah sekitar 30 orang, mendirikan tenda penginapan di sekitar lokasi lahan terbakar di Jalan Kampung Baru, Kelurahan Terkul, Kecamatan Rupat. Tenda mereka bersebelahan dengan tenda penginapan petugas Manggala Agni dari Pekanbaru. Jarak tenda penginapan dari lahan terbakar sekitar satu sampai dua kilometer.
Pada Selasa (26/2/2019) malam sekitar pukul 20.00 WIB, Kompas.com berkunjung ke tenda pasukan Kostrad. Mereka tinggal di tenda tanpa ada penerangan listrik. Hanya saja bermodalkan pencahayaan beberapa unit senter.
Bahkan bisa dikatakan bekerja 24 jam, karena mereka membentuk regu yang secara bergantian memadamkan api. bukapintu mencoba mengikuti satu regu pasukan Kostrad yang berjumlah belasan orang melakukan pemadaman api di malam hari. Untuk menuju titik api, pasukan berjalan sekitar dua kilometer. Medan yang ditempuh yakni tanah gambut dan dipenuhi akar-akar pohon karet. Pasukan Kostrad masuk ke lokasi bermodalkan alat penerangan berupa senter dan alat pengamanan lainnya.
Mereka dibagi dalam beberapa tim, yang bergabung dalam Tim Satgas Karhutla Riau, yakni TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD dan masyarakat. Salah satu tim yang berjumlah sekitar 30 orang, mendirikan tenda penginapan di sekitar lokasi lahan terbakar di Jalan Kampung Baru, Kelurahan Terkul, Kecamatan Rupat. Tenda mereka bersebelahan dengan tenda penginapan petugas Manggala Agni dari Pekanbaru. Jarak tenda penginapan dari lahan terbakar sekitar satu sampai dua kilometer.
Pada Selasa (26/2/2019) malam sekitar pukul 20.00 WIB, Kompas.com berkunjung ke tenda pasukan Kostrad. Mereka tinggal di tenda tanpa ada penerangan listrik. Hanya saja bermodalkan pencahayaan beberapa unit senter.
Bahkan bisa dikatakan bekerja 24 jam, karena mereka membentuk regu yang secara bergantian memadamkan api. bukapintu mencoba mengikuti satu regu pasukan Kostrad yang berjumlah belasan orang melakukan pemadaman api di malam hari. Untuk menuju titik api, pasukan berjalan sekitar dua kilometer. Medan yang ditempuh yakni tanah gambut dan dipenuhi akar-akar pohon karet. Pasukan Kostrad masuk ke lokasi bermodalkan alat penerangan berupa senter dan alat pengamanan lainnya.
Baca juga: Wagub Riau Sebut Separuh Lahan yang Terbakar di Bengkalis Sudah Padam Lokasi pemadaman api malam itu terdapat di hutan, yang berbatasan dengan kebun karet masyarakat.
Pemadaman dilakukan agar api tidak menjalar ke kebun karet masyarakat. Pasukan tangguh ini didukung dengan satu unit mesin pompa air. Kemudian menyiram api yang ada di dalam gambut yang dalamnya sekitar dua sampai tiga meter. Karena situasi malam, pasukan Kostrad tidak begitu jauh masuk ke dalam hutan dari kebun karet, yang berjarak sekitar sepuluh meter untuk menjangkau titik api, karena cukup beresiko. Malam itu mereka mematikan api yang ada di dalam gambut. Kabut asap cukup tebal di lokasi. Kiri kanan gelap.
Baca juga: Pemadaman Api Karhutla di Bengkalis akan Dibantu dengan Hujan Buatan Beruntung saja angin cukup kencang bertiup, sehingga asap tidak membuat mata perih.
Sesekali api muncul ke permukaan gambut, karena beberapa kayu semak belukar sudah kering setelah sempat diguyur hujan sehari yang sebelumnya. Pasukan kemudian menyiram air ke titik api dari jarak sekitar 10 meter. Kiri kanan hutan yang sudah terbakar. Pasukan tampak sangat berhati-hati. Karena di sekitar lokasi sudah banyak kayu yang tumbang akibat akarnya terbakar api. Salah satu pemimpin regu tidak membolehkan pasukannya juga dari kelompok. Sebab selain situasi gelap, juga yang dihadapi adalah api. Sehingga, mereka bersama-sama memegang selang mesin pompa air untuk menyiram api. Baca juga: Kabut Asap Mulai Berbahaya, Ribuan Masker Dibagikan ke Warga Bengkalis Di lokasi pemadam sumber air terbatas. Beruntung ada tempat penampungan air dengan kapasitas 5000 ton.
Baca juga: Pemadaman Api Karhutla di Bengkalis akan Dibantu dengan Hujan Buatan Beruntung saja angin cukup kencang bertiup, sehingga asap tidak membuat mata perih.
Sesekali api muncul ke permukaan gambut, karena beberapa kayu semak belukar sudah kering setelah sempat diguyur hujan sehari yang sebelumnya. Pasukan kemudian menyiram air ke titik api dari jarak sekitar 10 meter. Kiri kanan hutan yang sudah terbakar. Pasukan tampak sangat berhati-hati. Karena di sekitar lokasi sudah banyak kayu yang tumbang akibat akarnya terbakar api. Salah satu pemimpin regu tidak membolehkan pasukannya juga dari kelompok. Sebab selain situasi gelap, juga yang dihadapi adalah api. Sehingga, mereka bersama-sama memegang selang mesin pompa air untuk menyiram api. Baca juga: Kabut Asap Mulai Berbahaya, Ribuan Masker Dibagikan ke Warga Bengkalis Di lokasi pemadam sumber air terbatas. Beruntung ada tempat penampungan air dengan kapasitas 5000 ton.
Kemudian air ditampung terlebih dahulu sebelum memadamkan api. Di lokasi itu memang ada beberapa embung berukuran kecil yang tampak sudah lama sekali digali. Namun air di dalam sedikit dan sangat tidak cukup untuk memadamkan api di lahan yang terbakar dengan luas sekitar ratusan hektar itu. Setelah lebih kurang satu jam mematikan api, kemudian diganti lagi dengan regu lainnya. Pergantian pemadaman dilakukan hingga subuh.
Pemadaman api pada malam hari Komandan Sub Satgas Karhutla Kabupaten Bengkalis, Letkol Inf Timmy Prasetya Hermianto mengatakan, kegiatan yang dilakukan pasukan Kostrad pada malam hari juga berkaitan dengan penyekatan kepala api agar kebakaran tidak meluas.
Pemadaman api pada malam hari Komandan Sub Satgas Karhutla Kabupaten Bengkalis, Letkol Inf Timmy Prasetya Hermianto mengatakan, kegiatan yang dilakukan pasukan Kostrad pada malam hari juga berkaitan dengan penyekatan kepala api agar kebakaran tidak meluas.
Baca juga: Kabut Asap Kian Parah, 13 Sekolah di Rupat Akhirnya Diliburkan “Sama seperti apa yang sudah kita laksanakan pada siang hari, bahwasanya kegiatan yang dilakukan pada malam hari berkaitan dengan melaksanakan penyekatan, melanjutkan hal yang belum selesai kita lakukan pada siang sampai sore hari,” sebut Timmy saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (27/2/2019).
Menurut Dandim 0303/Bengkalis ini, pemadaman yang dilakukan di malam hari untuk mempercepat mengurangi luasan lahan yang terbakar. Akan tetapi, pemadaman pada malam hari tidak sama dengan pemadaman di siang hari, karena gerakan tidak bisa terlalu leluasa seperti siang hari. “Jadi kami tetap body system. Majunya pelan-pelan untuk melakukan penyekatan,” terang Timmy. Dia mengungkapkan, teknik penyekatan yang dilakukan saat ini hasilnya kelihatan. Sehingga tidak lagi memburu titik api yang ada di tengahnya.
Baca juga: Panglima TNI Akui Sulit Matikan Api Kebakaran Lahan di Bengkalis “Kalau pemadaman api dalam gambut yang ada di tengah lahan cukup sulit.
Jadi sekarang kita membatasi pergerakan api. Dan penyekatan itu cukup efektif. Bisa kita cek di satelit bahwasanya sampai dengan pagi sampai dengan siang, itu bersih. Kalaupun ada asap, itu sisa-sisanya saja. Kan tidak mungkin kita memadamkan sampai mati betul. Karena ini kan gambut,” ujar Timmy. Dia menambahkan, selain penyekatan api, pihaknya juga membantu kegiatan tugas kepolisian untuk melaksanakan patroli pengamanan disekitar lokasi kebakaran. Sejauh ini kabut asap karhutla di Kecamatan Rupat, Bengkalis, sudah mulai berkurang. Lima hari sebelumnya, kondisi kabut asap sangat parah, karena kebakaran lahan gambut makin meluas. Jarak pandang di permukiman warga sekitar 100 sampai dengan 200 meter. Setelah diguyur hujan, dan upaya petugas gabungan, kondisi kabut asap mulai berkurang.
Menurut Dandim 0303/Bengkalis ini, pemadaman yang dilakukan di malam hari untuk mempercepat mengurangi luasan lahan yang terbakar. Akan tetapi, pemadaman pada malam hari tidak sama dengan pemadaman di siang hari, karena gerakan tidak bisa terlalu leluasa seperti siang hari. “Jadi kami tetap body system. Majunya pelan-pelan untuk melakukan penyekatan,” terang Timmy. Dia mengungkapkan, teknik penyekatan yang dilakukan saat ini hasilnya kelihatan. Sehingga tidak lagi memburu titik api yang ada di tengahnya.
Baca juga: Panglima TNI Akui Sulit Matikan Api Kebakaran Lahan di Bengkalis “Kalau pemadaman api dalam gambut yang ada di tengah lahan cukup sulit.
Jadi sekarang kita membatasi pergerakan api. Dan penyekatan itu cukup efektif. Bisa kita cek di satelit bahwasanya sampai dengan pagi sampai dengan siang, itu bersih. Kalaupun ada asap, itu sisa-sisanya saja. Kan tidak mungkin kita memadamkan sampai mati betul. Karena ini kan gambut,” ujar Timmy. Dia menambahkan, selain penyekatan api, pihaknya juga membantu kegiatan tugas kepolisian untuk melaksanakan patroli pengamanan disekitar lokasi kebakaran. Sejauh ini kabut asap karhutla di Kecamatan Rupat, Bengkalis, sudah mulai berkurang. Lima hari sebelumnya, kondisi kabut asap sangat parah, karena kebakaran lahan gambut makin meluas. Jarak pandang di permukiman warga sekitar 100 sampai dengan 200 meter. Setelah diguyur hujan, dan upaya petugas gabungan, kondisi kabut asap mulai berkurang.
Komentar